Minggu, 13 Januari 2013

UKM KERIPIK BALADO CRISTIM HAKIM


KERIPIK BALADO
Kalau ditanya makanan asli Indonesia apa sih yang anda suka? Pasti banyak jawabannya. Saya sendiri punya list sendiri yang cukup panjang untuk menjawab pertanyaan itu. Yang tidak kalah menarik adalah perjalanan dari makanan khas itu sendiri sampai bisa dikenal kita yang belum tentu berasal satu daerah dari makanan yang dimaksud.
Cerita dibalik satu makanan sampai menjadi kesukaan dilidah kita tentu menarik. Siapa yang tidak tau keripik balado yang berasal dari Sumatera Barat, Padang tepatnya. Salah satu merk yang terkenal adalah Merk “ Christine Hakim”.
Awalnya saya pikir ini pasti ada hubungannya dengan Aktris kenamaan Christine Hakim, tapi ternyata saya salah. Ada sebuah perjalanan panjang yang menobatkan sang kreator makanan ini menjadi Juara terbaik untuk kelompok Usaha Menengah UKM Pangan Award, dimana penjurian sudah dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2011 di Ruang Flamboyan Kementerian Perdagangan, sementara acara puncaknya diadakan pada Pameran Pangan Nusa 2011 di Peninsula Island Bali, yang dibuka oleh Wamendag Bayu Krisnamurti, menampilkan 132 stand yang menghadirkan berbagai produk pangan dan kuliner khas nusantara. Pelaksanaan Pameran Pangan Nusa tahun ini sangat istimewa karena diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ASEAN Fair 2011 yang akan berlangsung dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 23 November 2011.
Kripik Balado Christine Hakim, di gawangi oleh seorang wanita yang bernama asli Cheng Kim, Loei. Loei dalam bahasa China berarti: Petir, sementara Cheng berarti; Seribu, Kim berarti : Emas. Silahkan artikan sendiri arti dari total rangkaian namanya :)
Kenapa kemudian berubah menjadi Christine Hakim?, tentunya karena masa orde baru semua warga Negara Indonesia keturunan diminta untuk meng-Indonesiakan nama mereka, kemudian lahirlah nama ini.
Christine Hakim memulai usaha ini bersama saudari perempuannya sejak tahun 80-an, di arahkan langsung oleh sang Ibunda yang bernama Ham Fung Hai yang saat ini masih tinggal bersama beliau diusianya yang ke 101 tahun.
Christine hanyalah lulusan SD, sejak remaja dia terbiasa mengolah kripik dan menjualnya door to door, hingga akhirnya kakak-kakaknya menikah dan masing masing melanjutkan usahanya. Menikah di usia 33 tahun, Christine terus berjuang memanfaatkan bahan dasar lokal yang ada disekitarnya untuk memproduksi Keripik Balado ini. Hingga saat ini setiap harinya usaha ini menghabiskan 1 Ton singkong, 50 kg Cabe, yang bersihnya setelah diolah akan menghasilkan sekitar 300 kg Keripik Balado siap jual. Semua masih dikerjakan dengan tangan.
Kakak-kakaknyapun masih bergerak dibisnis yang serupa, bahkan berbagai macam varian produk pun mulai dikembangkan, mereka bahu membahu untuk menjualkan produk ini ke seluruh penjuru nusantara.
Christine juga tidak tinggal diam, dia turun tangan langsung membantu perempuan-perempuan miskin di berbagai daerah di Sumatera Barat untuk memulai usaha rumahtangga membuat makanan-makanan kecil yang bisa disalurkan melalui tokonya di Padang untuk menembus pasar yang lebih luas. Tercatat hingga saat ini Christine sudah mendampingi lebih dari 100 usaha kecil/menengah, bahkan diapun sudahmembentuk Koperasi Wanita Mitra Usaha Christine Hakim yang diharapkan dapat menjadi wahana yang secara berkelanjutan mampu saling mensejahterakan bagi anggota.
Dra Triyani Susilowati, Kabid PDN dan PK dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan PemProv Sumatera Barat yang juga mendampingi wakil dari Sumatera Barat di Pangan Nusa 2011 ini juga menceritakan betapa besar kegigihan Christine Hakim dalam membantu menyemangati dan memberikan tips ataupun pelatihan pada perempuan perempuan pelaku usaha kecil dan menengah khususnya makanan di Padang.
Lantas apa sih resep yang bisa dicontoh dari seorang Christine Hakim ini? Beliaupun dengan sigap menjawab: Jangan Gengsi, Mau bekerja keras, dan jangan lupa berhemat. Misalnya jika kita punya sesuatu sebesar 10, hanya 3 yang digunakan, 7 ditabung! Sudahkan anda gunakan prinsip ini dalam kehidupan sehari hari? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar